Friday 28 April 2017

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK. W PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA KELAHIRAN ANAK PERTAMA DENGAN MASALAH GIZI BURUK



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang  termasuk di Indonesia. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna meningkatkan keadaan gizinya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan suatu bangsa.
Beragam masalah kekurangan zat gizi yang sebagian mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor penyebab keadaan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk diberbagai negara sedang berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan jumlah produksi pangan belum mampu mengimbangi walaupun diterapkan beragam teknologi mutakhir. Disamping faktor bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan pangan yang memadai, masalah gizi timbul karena berbagai faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya.
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas  menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak dan perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut.
Masyarakat harus mengerti bahwa anak mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka sehingga anak tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi. Kelompok anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.
Kondisi gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk berat badan di bawah garis merah kebanyakan disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masih tinggi + 30-40%. Kebanyakan penyakit gizi ditandai dengan berat badan dibawah garis merah pada masa bayi dan anak ditandai 2 sindrom yaitu kwashiorkor dan marasmus.
Menurut Suhardjo, (1996) Klasifikasi keadaan berat badan balita di bawah garis merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya. khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun, dimana keadaan seperti ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti : Tingkat pendidikan ibu, Tingkat ekonomi keluarga, Latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makan, Paritas, Keadaan fisiologi, Sehingga faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase balita dengan berat badan di bawah garis merah.
Menurut Friedman, M.M (1998) di kutip dari Ferry Efendi (2009). Keluarga yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama, memiliki keterikatan aturan dan emosional serta menjalankan peran tertentu sebagai bagian dari keluarga.
Menururt Friedman, M.M (1998). Keluarga baru (childbearing family) merupakan tahap perkembangan keluarga ke II, yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berumur 30 bulan. tahap ini merupakan tahap yang penuh stressor Karena merupakan tahap transisi menjadi orang tua. Sebuah ketidakseimbangan dapat terjadi sehingga bisa menimbulkan krisis keluarga dapat menyebabkan gangguan dalam hubungan pernikahan.
Menurut Dep.Kes (2012) yang dikutip Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit, kasus gizi buruk lebih cepat menarik perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata penderitaan anak seperti : sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka mudah dikenal dan dihitung karena dibawa ke rumah sakit. Keluarga dan masyarakat tidak dapat berbuat banyak bagi anak yang gizi buruk
Berdasarkan uraian diatas perawat ikut memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam keluarga. Oleh sebab itu, penulis tertarik membuat Karya Tulis Ilmiah dengan metode pendekatan Study Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan KeluargaBapak. WPada Tahap Perkembangan Keluarga Kelahiran Anak Pertama Dengan Masalah Gizi Buruk Di Desa Kalisapu Kec. Slawi Kab. Tegal”.

B.       Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada tahap perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama dengan masalah gizi buruk.
2.         Tujuan Khusus
a.       Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
b.      Mampu memandirikan keluarga dalam melaksanakan lima tugas keluarga di bidang kesehatan.
c.       Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan tahap perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama.
d.      Mampu menganalisa dan membahas kesenjangan pada kasus dengan teori.
e.       Mampu mengelola asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga kelahiran anak pertama dan membandingkan antar pengelolaan kasus dengan teori dan dapat didokumentasi dalambentuk KTI (Karya Tulis Ilmiah).

C.      Metode Penulisan
1.      Metode penelitian
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
a.       Deskriptif
Adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif dan digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
b.      Studi kasus
Adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
2.      Metode pengumpulan data
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan beberapa jenis metodologi pengumpulan data antara lain :

a.       Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) .
b.      Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi : melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
c.       Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)      Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memandang atau pemeriksaan dengan mata.
2)      Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba atau menggunakan kedua tangan untuk meraba.
3)      Perkusi
Perkusi merupakan tindakan mengetuk bagian dengan ketukan pendek dan cepat sebagai cara untuk mengetahui keadaan pada bagian yang ada dibaliknya berdasarkan suara ketukan yang terdengar.
4)      Auskultasi
Auskultasi merupakan cara pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang timbul dalam badan.
d.      Dokumentasi
Adalah pengumpulan bukti-bukti atau keterangan-keterangan, pengolahan dan penyimpanan dalam ilmu pengetahuan
e.       Studi kepustakaan
Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut, literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi.

D.      Manfaat Penulisan
1.      Bagi institusi
Sebagai bahan wacana dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.
2.      Bagi keluarga
Meningkatkan wawasan keluarga tentang tahap perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama.
3.      Bagi penulis
Sebagai bahan evaluasi tentang penetapan konsep keperawatan yang didapatkan selama pendidikan ke dalam praktek asuhan keperawatan keluarga secara nyata.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      KONSEP DASAR KELUARGA
1.      Pengertian Keluarga
Menurut Ferry Efendi (2009). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut WHO (1969) di kutip dari Mubarak (2006). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut Friedman, M.M (1998) di kutip dari Suprajitno (2004). Keluarga yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama, memiliki keterikatan aturan dan emosional serta menjalankan peran tertentu sebagai bagian dari keluarga.

2.      Struktur Keluarga
Untuk mempelajari struktur keluarga dengan baik, maka keluarga harus memperhatikan struktur keluarga dengan benar.
Menurut Friedman, M.M (1998), Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a.       Patrilinceal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b.      Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c.       Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d.      Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga sedarah suami.
e.       Keluarga kawinan adalah hubungan suami isri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
                                    
3.      Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.
Menurut Friedman, M.M (1998), tipe keluarga adalah:
a.       Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b.      Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan seterusnya.
c.       Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.      Keluarga duda/janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.       Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f.       Keluarga kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. Keluaga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena masyarakatnya Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.

4.      Fungsi Keluarga
Agar keluarga paham dengan fungsi keluarga, Friedman mengidentifikasikan lima prinsip fungsi dasar keluarga, diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi keperawatan keluarga.
Menurut Friedman, M.M (1998), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a.       Fungsi efektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b.      Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan pembahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c.       Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan keturunan dan menambah SDM.
d.      Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang pangan dan papan.
e.       Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5.      Tugas-tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan
Dalam keluarga ada beberapa tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. Tujuannya agar keluarga melaksanakan tugas-tugas keluarga dengan baik.
Menurut Wahit iqbal Mubarak(2006), tugas-tugas dalam pemeliharaan kesehatan:
a.       Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b.      Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c.       Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d.      Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e.       Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.
6.      Tahap Perkembangan Keluarga
Dalam tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahan interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Menurut Duvall dan Miller (1985) dikutip dari Wahit Ikbal Mubarak (2006), siklus kehidupan keluarga terdiri dari  tahapan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya.
Adapun delapan tahapan perkembangan tersebut adalah:
a.    Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan isteri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah.
b.    Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
Dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia 30 bulan.
c.    Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan- kebutuhan dan minat dari anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.

d.   Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 – 12 tahun.
e.    Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 – 20 tahun.
f.     Tahap VI keluarga dengan anak dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
g.    Tahap VII keluarga dengan usia pertengahan
Dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
h.    Tahap VIII keluarga dengan usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu meninggal atau pensiun sampai dengan dua – duanya meninggal.
B.       KONSEP DASAR KELUARGA DENGAN TAHAP CHILDBEARING
Menurut Duvall & Miller (1985) dalam Friedman, M.M (1998), keluarga childbearing adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan ke II.
Menurut Rodgers dalam Friedman, M.M (1998), keluarga childbearing adalah keluarga yang menantikan kelahiran dimulai sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).

1.      Tahap Perkembangan Keluarga Childbearing
Menurut Duvall & Miller (1985) dan Charter & McGoldrick (1988) dalam Friedman, M.M (1998), tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
a.         Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintregasikan bayi baru ke keluarga).
b.         Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
c.         Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dengan pasangan.
d.         Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua dan kakek nenek dalam pengasuhan. 
2.      Terhadap perhatian pelayanan kesehatan dimulai dari persiapan menjadi orang tua, antara lain adalah:
a.         Persiapan untuk melahirkan.
b.         Transisi menjadi orang tua.
c.         Perawatan bayi.
d.        Perawatan bayi yang sehat.
e.         Mengenali secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak dengan tepat.
f.           Imunisasi.
g.         Pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
h.         Tindakan untuk keamanan.
i.           Keluarga berencana.
j.            Interaksi keluarga.
k.         Praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi dan olahraga).

3.      Tugas perkembangan dengan keluarga childbearing
Ada beberapa hal tugas perkembangan keluarga pada fase childbearing yaitu: (Menurut Duvall, dikutip dari Mubarak 2006).
a.       Persiapan menjadi orang tua dan merawat bayi
b.      Membagi peran dan tanggung jawab
c.       Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan
d.      Mempersiapkan biaya atau dana childbearing
e.       Memfasilitasi learning anggota keluarga
f.       Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g.      Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
h.      Beradaptasi pada pola hubungan seksual
i.        Mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
4.      Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga dengan childbearing
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006). Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja, hubungan akanorangtua,masalah-masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
5.      Fungsi perawat dalam tahap perkembangan keluarga dengan childbearing
Sebagai kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam hal ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi antara lain: (Wahit Iqbal Mubarak, 2006).
a.         Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi
b.         Mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya
c.         Imunisasi yang dibutuhkan anak
d.        Tumbuh kembang yang baik
e.         Interaksi keluarga
f.          Keluarga berencana
g.         Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
C.      KONSEP DASAR GIZI BURUK
1.      Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagimenjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian. 
2.      Tipe Gizi Buruk
a.       Kwashiorkor
Memiliki ciri : edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok, terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel, terjadi pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut anemia dan diare.
b.      Marasmus 
Memiliki ciri-ciri: badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, mudah menangis/cengeng dan rewel, kulit menjadi keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, dan seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
c.       Marasmic Kwashiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmu
3.      Pathway

Gangguan gizi buruk
Penyebab langsung

Penyebab tidak langsung
Penyakit infeksi
Diare
campak
cacingan
Nafsu makan berkurang
Gizi berkurang
Resiko ketidakseimbangan  pertumbuhan
Faktor ekonomi sosial
Tingkat pendidikan dan pengetahuan
Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Kemampuan keluarga memenuhi zat gizi kurang

4.      Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi sangat penting untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal Antropometri. Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran Antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana.
Menurut DepKes RI (2012) Di Indonesia jenis Antropometri yang banyak digunakan baik dalam kegiatan program maupun penelitian adalah Berat Badan dan Tinggi Badan. Yang menjadi obyek penelitian antropometri pada umumnya anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita). Dalam pemakaian untuk penelitian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variasi lain, seperti : berat badanmenurut umur (BB / U), panjang badan menurut umur (BB / PB) dan sebagainya. Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku tujuan atau nilai patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau masyarakat.

5.      Penyebab Gizi Buruk
Menurut DepKes RI (2012) dalam Profil Kesehatan Indonesia (2012) juga telah memperkenalkan dan sudah digunakan secara internasional mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya gizi kurang pada balita, yaitu :
a.    Penyebab langsung
Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi.
b.    Penyebab tidak langsung
Pertama, ketahanan pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi zat gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental),status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibudan pengasuh lainnya. Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi, penimbangan anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas,praktik bidan, dokter dan rumah sakit.

6.      Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
a.       Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
b.      Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
c.       Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
d.      Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

7.      Tindakan Pemerintah Untuk Menanggulangi Gizi Buruk
Pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu dengan cara yaitu:
a.       Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu
b.      Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga
c.       Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin
d.      Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI)
e.       Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita

D.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA CHILDBEARING
1.      Tahap Pengkajian
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friedman, M. M 1998).
a.         Identitas keluarga
Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga. Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga.
b.        Komposisi keluarga
Untuk mengumpulkan informasi ini boleh digunakan, baik tabel atau genogram keluarga, untuk menggunakan format tabel, setelah anggota keluarga yang dewasa, pertama masukan anak yang paling besar, diikuti oleh anak-anak lain berdasarkan urutan kelahiran, masukan juga mereka pada akhir daftar setiap anggota keluarga satu sama lain, serta tanggal lahir, tempat lahir, pendidikan, dan pekerjaan harus dirincikan.
c.         Tipe keluarga
Keluarga termasuk keluarga inti, keluarga besar, keluarga berantai, atau keluarga berkomposisi.
d.        Latar belakang budaya
Termasuk luasnya akultrasi, sebagai petunjuk untuk menentukan kebudayaan keluarga dan orientasi religius keluarga.
1)      Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga.
2)      Jaringan kerja sosial keluarga (dari kelompok etnis yang sama).
3)      Tempat tinggal keluarga
4)      Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekresi, dan pendidikan.
5)      Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau barat).
6)      Keberadaan peran-peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern.
7)      Dekorasi (tanda-tanda pengaruh budaya).
8)      Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah.
9)      Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga.
10)  Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan.
11)  Negara asal dan beberapa lama keluarga tersebut telah tinggal.
e.         Identifikasi religius
Meliputi apakah keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragama, seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam sebuah keorganisasian dalam keagamaan, keluarga terlibat dalam praktik keagamaan apa, dan kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan apa yang menjadi pusat dalam kehidupan keluarga.
f.         Status kelas sosial
Berdasarkan pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status ekonomi, dan mobilitas kelas sosial.
g.        Aktifitas rekreasi atau waktu luang
Yang dikaji yaitu yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rekreasi dan luang yang meliputi:
1)      Mengidentifikasi aktifitas-aktifitas keluarga, jenis dan berapa kali aktifitas-aktifitas ini berlangsung.
2)      Waktu luang dari subsistem keluarga.
3)      Menggali perasaan dari anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi atau waktu luang.
h.        Tahap dan Riwayat Perkembangan
Menurut Friedman M. M (1998). Dalam tahap dan perkembangan keluarga meliputi tahapan perkembangan keluarga saat ini, dimana untuk tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan keluarga saat ini, serta riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk kejadian yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
i.          Data lingkungan
1)      Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2)      Karakteristik tetangga
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3)      Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas goegrafis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4)      Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakatMenjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang masih ada.
5)      Sistem pendukung keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
j.          Struktur keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Pada struktur keluarga meliputi pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga yaitu menjelaskan cara berkomunikasi antar keluarga termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, secara langsung atau tidak. Struktur peran yaitu sejauh mana anggota keluarga melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan perannya yaitu peran dari masing-masing anggota keluarga, baik formal atau informal, serta struktur kekuasaan yang meliputi bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan. Selain itu nilai-nilai yang dianut keluarga seperti bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
k.        Fungsi Keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Fungsi - fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga. Fungsi keluarga merupakan dasar keluarga untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat luas.
Fungsi afektif menekankan bagaimana orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya, fungsi sosialisasi bagaimana anak-anak menjadi anggota masyarakat, fungsi reproduktif bagaimana keluarga dalam merencanakan kelahiran, fungsi ekonomi bagaimana keluarga mengadakan sumber ekonomi dan bagaiamana keluarga menggunakan sumber tersebut secara efektif, fungsi perawatan kesehatan keluarga bagaimana keluarga dalam menggunakan pengetahuan dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan.
l.          Koping Keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Pola dan sumber koping keluarga memberikan dasar untuk membantu keluarga dalam beradaptasi dan membantu keluarga dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Membantu keluarga dengan meningkatkan respon dan kapasitas adaptif keluarga dengan mengurangi stressor adalah tujuan inti dari pengkajian pola ini. Perawat keluarga masih menghadapi isu yang sama yaitu membantu keluarga untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan dalam konteks tujuan, aspirasi, dan kemampuan keluarga.

2.      Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan
Dalam menentukan diagnosa keperawatan harus sesuai dengan tahap perkembangan  keluarga chldbearing dengan masalah gizi buruk.
Daftar diagnosis keperawatan pada tahap kelahiran anak pertama masalah dengan masalah gizi buruk yang mungkin muncul berdasarkan NANDA tahun 2012-2014, yaitu sebagai berikut:
a.         Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengambil keputusan ditandai dengan ketidakadekuatan pemberian nutrisi.
Batasan karakteristik: berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal, diare.
b.         Ketidakcukupan air susu ibu berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengenal masalah ditandai dengan volume ASI yang dikeluarkan kurang dari kebutuhan.
Batasan karakteristik: produksi susu tidak progres
c.         Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengenal masalah ditandai dengan penyakit bayi
Batasan karakteristik: bayi tidak mendapatkan nutrisi dari payudara ibu, perpisahan ibu dan anak.
d.        Risiko pertumbuhan tidak proporsional berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat ditandai kurangnya nutrisi
Batasan karakteristik: faktor individu: Perilaku pemberian makanan.
e.         Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan keluarga  tidak mampu mengenal masalah ditandai dengan pengasuhan yang tidak adekuat.
Batasan karakteristik: lesu / tidak adekuat, ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan usianya.

Setelah ditentukan diagnosa keperawatan untuk menentukan prioritas masalah yang paling utama maka harus dilakukan proses skoring.
Tabel2.1Menurut Baylon dan Maglaya (1978) dalam buku Wahit Iqbal Mubarak (2006), prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut:
No.
Kriteria
Skor
Bobot
1.       
Sifat masalah

1

-       Tidak/kurang sehat
-       Ancaman kesehatan
-       Krisis atau keadaan sejahtera
3
2
1

2.       
Kemungkinan masalah dapat diubah

2

-       Dengan mudah
-       Hanya sebagian
-       Tidak dapat
2
1
0

3.       
Potensial masalah dapat diubah

1

-       Tinggi
-       Cukup
-       Rendah
3
2
1

4.       
Menonjolnya masalah

1

-       Masalah berat, harus segera ditangani
-       Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
-       Masalah tidak dirasakan
2

1

0


Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawtan dengan cara berikut ini:
a)    Tentukan skor untuk kriteria yang telah dibuat.
b)   Selanjutnya dibagi dengan angka dengan angka tertinggi yang di kalikan dengan bobot.
       Skor
  X Bobot
Angka tertinggi


c)    Jumlahkan skor untuk setiap kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot.
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah:
a)    Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalah disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi dengan baik.
b)   Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan yaitu; pengetahuan dan tindakan yang dapat dilakukan keluarga, sumber daya yang dimiliki keluarga, sumber daya dari keperawatan misalnya dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan serta waktu. Juga sumber daya masyarakat misalnya dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat serta dukungan sosialisasi masyarakat.
c)    Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang mempengruhi dalam menentukan skor yaitu; kepemilikan masalah seperti beratnya masalah atau prognosis masalah untuk dapat diubah, lamanya masalah berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut, serta adanya kelompok resiko tinggi yang dapat menambah potensi masalah dapat dicegah.
d)   Menonjolnya masalah
Menurut Friedman M. M (2006). Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera, maka harus diberi skor yang tinggi.


3.      Tahap Punyusunan Rencana Keperawatan ( Intervensi )
Menurut Friedman M. M (1998). Selama pelaksanaan intervensi perawatan, data-data baru secara terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon pada klien, perubahan situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi dengan keluarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana terhadap perncanaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya:
a)      Rencana keperawatan harus didasarkan dari analisis yang menyeluruh.
b)      Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c)      Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma – cuma maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam rencana.
d)     Rencana keperawatan harus dibuat dengan keluarga, hal ini sesuai prinsip bahwa perawat bekerjasama dengan keluarga.
e)      Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis.
Langkah – langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga.
a)      Menentukan sasaran atau goal
b)      Menentukan tujuan atau objektif
c)      Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Tabel 2.2Beberapa hal menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006) :
Hal yang difokuskan
Cara
Tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan keluarga.
1.  Memperluas informasi dan pengetahuan keluarga.
2.  Membantu keluarga untuk mengetahui dampak dari masalah yang ada.
3.  Menghubungkan kebutuhan dengan sasaran yang diharapkan.
4.  Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.
Tindakan perawat untuk menolong keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat.
1. Mendiskusikan konsekuensi yang timbul jika tidak segera dilakukan tindakan.
2. Memperkenalkan kepada keluarga solusi alternatif kemungkinan yang dapat diambil
3. Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing – masing alternative.
Tindakan perawat untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
1. Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan.
2. Memanfaatkan sarana dan fasilitas yang ada di keluarga.
3. Menghindarkan hal – hal yang dapat mengganggu keberhasilan keluarga dalam menunjuk klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Tindakan perawat dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang menunjang kesehahatan keluarga.
1.    Membantu mencari cara menghindari adanya ancaman kesehatan.
2.    Membantu keluarga memperbaiki fasilitan fisik yang sudah ada.
3.    Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing – masing anggota ,dan lain – lain.
4.    Mengembangkan kesanggupan keluarga menemukan kebutuhan psikososial.
d)     Menentukan kriteria dan standar kriteria
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006), kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tugas. Sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan.
Berikut ini perencanaan asuhan keperawatan keluarga pada tahap kelahiran anak pertama menurut NANDA, tahun 2011, adalah sebagai berikut:
a.         Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
1)   Intervensi NIC
a)      Bantuan Pemberian ASI: Mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya
b)      Manajemen Nutrisi: Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
c)      Terapi Nutrisi: Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik anak.

2)   Hasil NOC / Tujuan
a)      Status gizi: Tingkat ketersediaaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b)      Pembentukan Pola Menyusu: Bayi: Bayi melekat ke dan mengisap  dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 6 bulan..
b.         Ketidakcukupan air susu ibu
1)   Intervensi NIC
Konseling Laktasi: Menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan keberhasilan menyusui
2)   Hasil NOC / Tujuan
a)    Kemantapan Pemberian ASI: Ibu: Kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 6 bulan.
c.         Diskontinuitas pemberian ASI
1)   Intervensi NIC
a)      Promosi perlekatan: memfasilitasi perkembangan hunbungan orang tua dengan bayi.
b)      Dukungan emosi: membuat rasa yakin, menunjukan penerimaan dan memberi dorongan selama waktu proses.
c)      Supresi laktasi: memfasilitasi penghentian produksi ASI dan meminimalkan kongesti payudara setelah melahirkan.
1)   Hasil NOC / Tujuan
a)      Memeliharaan perkembangan ASI: keberlangsungan pemberian ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi.
b)      Penyapihan pemberian ASI: dikontinuitas progresif pemberian ASI.
c)      Pengetahuan pemberian ASI: tingkat pemahaman yang ditunjukan tentang laktasi dan pemberian makan bayi melalui proses pemberian ASI.
d)     Perlekatan orang tua dengan bayi: perilaku orang tua dan bayi yang memperlihatkan ketahanan ikatan kasih sayang.
d.        Resiko pertumbuhan tidak proporsional
1)        Intervensi NIC
a)      Manajemen nutrisi : membantu atau memberikan asupan diet makanan dan minuman yang seimbang
b)      Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi
c)      Penyuluhan nutrisi : anjuran tentang nutrisi dan praktik pemberian makan selama tahun kedua dan ketiga kehidupan
2)        Hasil NOC
a)      Perkembangan anak : usia childbearing (0-30 bulan) : penanda perkembangan fisik, kognitif dan psikososial dari usia 0 sampai 30 bulan.

e.         Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
1)        Intervensi NIC
a)      Asuhan perkembangan : mengatur struktur lingkungan dan memberikan perawatan dalam berespon terhadap penanda perilaku dan status bayi kurang bulan
b)      Peningkatan perkembangan : anak : memfasilitasi atau mengajarkan pengasuh / orang tua untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar dan motorik halus
c)      Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah malnutrisi
2)        Hasil NOC
a)      Perkembangananak : usia childbearing (0-30 bulan) penanda perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada usia 30 bulan.
b)      Penuaan fisik: perubahan normal fisik yang biasanya terjadi siring penuaan usia

4.      Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga ( Implementasi )
Menurut Friedman M. M (1998). Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga.
Pelaksanaan merupakan bagian dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengandalkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, serta ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadikan perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi - potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

5.      Tahap Evaluasi
Menurut Friedman M. M (1998). Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifitasnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
-       S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
-       O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
-       A  adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
-       P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi .
Tahapanevaluasidapat dilakukan secara formatif dan sumatif.  Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.