BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyuluhan gizi secara
luas perlu digerakan bagi masyarakat guna meningkatkan keadaan gizinya.
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini merupakan kunci
keberhasilan dalam pembangunan suatu bangsa.
Beragam masalah kekurangan zat gizi yang sebagian
mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu
faktor penyebab keadaan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk
diberbagai negara sedang berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan
jumlah produksi pangan belum mampu mengimbangi walaupun diterapkan beragam
teknologi mutakhir. Disamping faktor bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi
dengan penyediaan pangan yang memadai, masalah gizi timbul karena berbagai
faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya.
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung
pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang
dalam kualitas dan kuantitas menyebabkan
gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur
dan fungsi otak dan perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut.
Masyarakat harus mengerti bahwa anak mereka
membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka sehingga anak
tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi. Kelompok
anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat.
Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi.
Kondisi gizi salah di Indonesia yang terbanyak
termasuk berat badan di bawah garis merah kebanyakan disebabkan oleh konsumsi
pangan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi gizi salah terutama diderita
oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah
lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masih tinggi + 30-40%.
Kebanyakan penyakit gizi ditandai dengan berat badan dibawah garis merah pada
masa bayi dan anak ditandai 2 sindrom yaitu kwashiorkor dan marasmus.
Menurut Suhardjo, (1996) Klasifikasi keadaan berat
badan balita di bawah garis merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah
ukuran berat menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena
berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya.
khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun, dimana keadaan seperti
ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti : Tingkat pendidikan ibu,
Tingkat ekonomi keluarga, Latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari
pantangan makan, Paritas, Keadaan fisiologi, Sehingga
faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase balita dengan berat
badan di bawah garis merah.
Menurut Friedman, M.M (1998) di
kutip dari Ferry Efendi (2009). Keluarga yaitu kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama, memiliki keterikatan aturan dan emosional serta menjalankan
peran tertentu sebagai bagian dari keluarga.
Menururt Friedman, M.M (1998). Keluarga baru (childbearing family) merupakan tahap perkembangan keluarga ke II, yang
dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berumur 30
bulan. tahap ini merupakan tahap yang penuh stressor Karena merupakan tahap
transisi menjadi orang tua. Sebuah ketidakseimbangan dapat terjadi sehingga
bisa menimbulkan krisis keluarga dapat menyebabkan gangguan dalam hubungan
pernikahan.
Menurut Dep.Kes (2012) yang dikutip Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2012 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi,
lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak
gizi buruk (8,3%). Meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit, kasus gizi buruk
lebih cepat menarik perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata
penderitaan anak seperti : sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka
mudah dikenal dan dihitung karena dibawa ke rumah sakit. Keluarga dan
masyarakat tidak dapat berbuat banyak bagi anak yang gizi buruk
Berdasarkan
uraian diatas perawat ikut memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan dalam keluarga. Oleh sebab itu, penulis tertarik membuat Karya Tulis
Ilmiah dengan metode pendekatan Study Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan KeluargaBapak.
WPada Tahap Perkembangan Keluarga Kelahiran Anak Pertama Dengan Masalah Gizi
Buruk Di Desa Kalisapu Kec. Slawi Kab. Tegal”.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan
pendekatan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada tahap
perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama dengan masalah gizi buruk.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memberikan asuhan keperawatan
keluarga dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
b.
Mampu memandirikan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas keluarga di bidang kesehatan.
c.
Mampu mengidentifikasi faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan tahap perkembangan keluarga pada kelahiran anak pertama.
d.
Mampu menganalisa dan membahas kesenjangan
pada kasus dengan teori.
e.
Mampu mengelola asuhan
keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga kelahiran anak pertama
dan membandingkan antar pengelolaan kasus dengan teori dan dapat didokumentasi
dalambentuk KTI (Karya Tulis Ilmiah).
C. Metode Penulisan
1.
Metode penelitian
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini
menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
a.
Deskriptif
Adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif dan digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
b.
Studi kasus
Adalah suatu penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang
terdiri dari unit tunggal.
2.
Metode pengumpulan data
Dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis menggunakan beberapa jenis metodologi pengumpulan data
antara lain :
a.
Wawancara
Wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face
to face) .
b.
Observasi
Observasi adalah suatu
prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi : melihat dan mencatat
jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
c.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1)
Inspeksi
Inspeksi merupakan
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memandang atau pemeriksaan dengan mata.
2)
Palpasi
Palpasi merupakan
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba atau menggunakan kedua tangan
untuk meraba.
3)
Perkusi
Perkusi merupakan tindakan
mengetuk bagian dengan ketukan pendek dan cepat sebagai cara untuk mengetahui
keadaan pada bagian yang ada dibaliknya berdasarkan suara ketukan yang
terdengar.
4)
Auskultasi
Auskultasi merupakan cara
pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang timbul dalam badan.
d.
Dokumentasi
Adalah pengumpulan
bukti-bukti atau keterangan-keterangan, pengolahan dan penyimpanan dalam ilmu
pengetahuan
e.
Studi kepustakaan
Adalah semua literatur atau
bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut,
literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah,
makalah ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi.
D. Manfaat Penulisan
1.
Bagi institusi
Sebagai bahan wacana dan sumber informasi bagi
institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.
2.
Bagi keluarga
Meningkatkan wawasan keluarga tentang tahap perkembangan
keluarga pada kelahiran anak pertama.
3.
Bagi penulis
Sebagai bahan evaluasi tentang penetapan konsep
keperawatan yang didapatkan selama pendidikan ke dalam praktek asuhan keperawatan
keluarga secara nyata.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Menurut Ferry
Efendi (2009). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut WHO
(1969) di kutip dari Mubarak (2006). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut
Friedman, M.M (1998) di kutip dari Suprajitno (2004). Keluarga yaitu kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama, memiliki keterikatan aturan dan
emosional serta menjalankan peran tertentu sebagai bagian dari keluarga.
2. Struktur Keluarga
Untuk
mempelajari struktur keluarga dengan baik, maka keluarga harus memperhatikan
struktur keluarga dengan benar.
Menurut
Friedman, M.M (1998), Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
a.
Patrilinceal adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b.
Matrilineal adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ibu.
c.
Matrilokal adalah sepasang suami
istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d.
Patrilokal adalah sepasang suami
istri yang tinggal bersama kelaurga sedarah suami.
e.
Keluarga kawinan adalah hubungan
suami isri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Tipe Keluarga
Keluarga yang
memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan.
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.
Menurut Friedman,
M.M (1998), tipe keluarga adalah:
a.
Keluarga inti (Nuclear Family)
adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b.
Keluarga besar (Extended Family)
adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya: nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan seterusnya.
c.
Keluarga berantai (Serial Family)
adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.
Keluarga duda/janda (Single Family)
adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.
Keluarga berkomposisi (Composite)
adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f.
Keluarga kabitas (Cahabitasion)
adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.
Keluaga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena
masyarakatnya Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
4. Fungsi Keluarga
Agar keluarga
paham dengan fungsi keluarga, Friedman mengidentifikasikan lima prinsip fungsi
dasar keluarga, diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi keperawatan keluarga.
Menurut
Friedman, M.M (1998), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a.
Fungsi efektif adalah fungsi
internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan
memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b.
Fungsi sosialisasi adalah proses
perkembangan dan pembahan individu keluarga, tempat anggota keluarga
berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c.
Fungsi reproduksi adalah fungsi
keluarga memutuskan kelangsungan keturunan dan menambah SDM.
d.
Fungsi ekonomi adalah fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang pangan dan papan.
e.
Fungsi perawatan kesehatan adalah
kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
5. Tugas-tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan
Kesehatan
Dalam keluarga
ada beberapa tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. Tujuannya agar
keluarga melaksanakan tugas-tugas keluarga dengan baik.
Menurut Wahit
iqbal Mubarak(2006), tugas-tugas dalam pemeliharaan kesehatan:
a.
Mengenal gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarganya.
b.
Mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatan yang tepat.
c.
Memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit.
d.
Mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e.
Mempertahankan hubungan timbal balik
antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.
6.
Tahap Perkembangan Keluarga
Dalam tahap perkembangan keluarga adalah proses
perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi
perubahan interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu.
Perkembangan ini terbagi dalam beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Menurut Duvall
dan Miller (1985) dikutip dari Wahit Ikbal Mubarak (2006), siklus
kehidupan keluarga terdiri dari tahapan
yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya.
Adapun delapan tahapan perkembangan tersebut adalah:
a.
Tahap I Pasangan baru atau
keluarga baru
Keluarga baru dimulai
pada saat masing-masing individu yaitu suami dan isteri membentuk keluarga
melalui perkawinan yang sah.
b.
Tahap II keluarga dengan
kelahiran anak pertama
Dimulai sejak anak
pertama lahir sampai berusia 30 bulan.
c.
Tahap III keluarga dengan anak
pra sekolah
Tahap ini dimulai saat
kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada
tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan- kebutuhan dan minat dari
anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.
d.
Tahap IV keluarga dengan anak
usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 – 12 tahun.
e.
Tahap V keluarga dengan anak
remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 –
20 tahun.
f.
Tahap VI keluarga dengan anak
dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.
g.
Tahap VII keluarga dengan usia
pertengahan
Dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
h. Tahap VIII keluarga dengan usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada
saat salah satu meninggal atau pensiun sampai dengan dua – duanya meninggal.
B. KONSEP DASAR KELUARGA DENGAN TAHAP
CHILDBEARING
Menurut
Duvall & Miller (1985) dalam Friedman, M.M (1998), keluarga childbearing
adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
bayi berusia 30 bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga yang berada pada
tahap perkembangan ke II.
Menurut
Rodgers dalam Friedman, M.M (1998), keluarga childbearing adalah keluarga yang
menantikan kelahiran dimulai sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
1. Tahap Perkembangan Keluarga
Childbearing
Menurut Duvall & Miller (1985) dan Charter & McGoldrick
(1988) dalam Friedman, M.M (1998), tugas perkembangan keluarga tahap ini antara
lain adalah:
a.
Membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintregasikan bayi baru ke
keluarga).
b.
Rekonsiliasi
tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
c.
Mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan dengan pasangan.
d.
Memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua dan kakek
nenek dalam pengasuhan.
2.
Terhadap perhatian pelayanan kesehatan
dimulai dari persiapan menjadi orang tua, antara lain adalah:
a.
Persiapan
untuk melahirkan.
b.
Transisi
menjadi orang tua.
c.
Perawatan
bayi.
d.
Perawatan
bayi yang sehat.
e.
Mengenali
secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak dengan tepat.
f.
Imunisasi.
g.
Pertumbuhan
dan perkembangan yang normal.
h.
Tindakan
untuk keamanan.
i.
Keluarga
berencana.
j.
Interaksi keluarga.
k.
Praktik
kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi dan olahraga).
3.
Tugas perkembangan dengan keluarga
childbearing
Ada beberapa hal tugas perkembangan keluarga pada fase
childbearing yaitu: (Menurut Duvall, dikutip dari Mubarak 2006).
a.
Persiapan
menjadi orang tua dan merawat bayi
b.
Membagi
peran dan tanggung jawab
c.
Menata
ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan
d.
Mempersiapkan
biaya atau dana childbearing
e.
Memfasilitasi
learning anggota keluarga
f.
Bertanggung
jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g.
Mengadakan
kebiasaan keagamaan secara rutin
h.
Beradaptasi
pada pola hubungan seksual
i.
Mensosialisasikan
anak dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
4.
Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan
keluarga dengan childbearing
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006). Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini
adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang
baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini,
imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga
dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain
selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan
ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja,
hubungan akanorangtua,masalah-masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan
kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
5.
Fungsi perawat dalam tahap perkembangan
keluarga dengan childbearing
Sebagai kekhususan
perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam
hal ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi antara lain: (Wahit Iqbal Mubarak,
2006).
a.
Bagaimana
cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi
b.
Mengenali
gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya
c.
Imunisasi
yang dibutuhkan anak
d.
Tumbuh
kembang yang baik
e.
Interaksi
keluarga
f.
Keluarga
berencana
g.
Pemenuhan
kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
C.
KONSEP DASAR GIZI BURUK
1.
Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi
seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.
Status gizi buruk dibagimenjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan
protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga
kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan
perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi
buruk dapat menyebabkan kematian.
2.
Tipe Gizi Buruk
a.
Kwashiorkor
Memiliki ciri : edema (pembengkakan), umumnya
seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab, pandangan
mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa rasa sakit dan mudah rontok, terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel,
terjadi pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), terdapat kelainan kulit
berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman
lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi
yang umumnya akut anemia dan diare.
b.
Marasmus
Memiliki ciri-ciri: badan nampak sangat kurus
seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, mudah menangis/cengeng
dan rewel, kulit menjadi keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (baggy pant/pakai celana
longgar), perut cekung, dan seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis
berulang), diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
c.
Marasmic
Kwashiorkor
Merupakan
gabungan beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmu
3.
Pathway
Gangguan gizi buruk
Resiko
ketidakseimbangan pertumbuhan
|
Tingkat
pendidikan dan pengetahuan
|
Pelayanan
kesehatan yang kurang memadai
|
Kemampuan
keluarga memenuhi zat gizi kurang
|
4.
Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi sangat penting
untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Ada beberapa cara melakukan penilaian
status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran
tubuh manusia yang dikenal Antropometri. Antropometri telah dikenal sebagai
indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat.
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya memerlukan
latihan sederhana.
Menurut DepKes RI (2012) Di Indonesia
jenis Antropometri yang banyak digunakan baik dalam kegiatan program maupun
penelitian adalah Berat Badan dan Tinggi Badan. Yang menjadi obyek penelitian
antropometri pada umumnya anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita). Dalam
pemakaian untuk penelitian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk
indeks yang dikaitkan dengan variasi lain, seperti : berat badanmenurut umur
(BB / U), panjang badan menurut umur (BB / PB) dan sebagainya. Masing-masing
indeks antropometri tersebut memiliki buku tujuan atau nilai patokan untuk
memperkirakan status gizi seseorang atau masyarakat.
5.
Penyebab Gizi Buruk
Menurut DepKes RI (2012) dalam Profil
Kesehatan Indonesia (2012) juga telah memperkenalkan dan sudah digunakan secara
internasional mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya gizi kurang pada balita,
yaitu :
a.
Penyebab langsung
Yaitu makanan tidak seimbang untuk anak
dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan
yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya
dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya
tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya
air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya
kejadian penyakit infeksi.
b.
Penyebab tidak
langsung
Pertama, ketahanan
pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan
untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi zat
gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan
sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental),status
gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si
ibudan pengasuh lainnya. Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik,
seperti; imunisasi, penimbangan anak, pendidikan dan kesehatan gizi, serta
pelayanan posyandu, puskesmas,praktik bidan, dokter dan rumah sakit.
6.
Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk
mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
a.
Memberikan
ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
b.
Anak
diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10%
dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya
karbohidrat.
c.
Rajin
menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
d.
Jika
anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya
bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu
meningkatkan energi anak. Berikan
pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya
akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul
masalah intelegensia di kemudian hari.
7.
Tindakan
Pemerintah Untuk Menanggulangi Gizi Buruk
Pemerintah
berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu
dengan cara yaitu:
a.
Meningkatkan cakupan
deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu
b.
Meningkatkan cakupan
dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga
c.
Menyediakan Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga
miskin
d.
Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI)
e.
Memberikan
suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita
D.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA CHILDBEARING
1.
Tahap Pengkajian
Kegiatan
yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara
sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan
dan dianalisa (Friedman, M. M 1998).
a.
Identitas
keluarga
Identitas
keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga.
b.
Komposisi
keluarga
Untuk
mengumpulkan informasi ini boleh digunakan, baik tabel atau genogram keluarga,
untuk menggunakan format tabel, setelah anggota keluarga yang dewasa, pertama
masukan anak yang paling besar, diikuti oleh anak-anak lain berdasarkan urutan
kelahiran, masukan juga mereka pada akhir daftar setiap anggota keluarga satu
sama lain, serta tanggal lahir, tempat lahir, pendidikan, dan pekerjaan harus
dirincikan.
c.
Tipe
keluarga
Keluarga
termasuk keluarga inti, keluarga besar, keluarga berantai, atau keluarga
berkomposisi.
d.
Latar
belakang budaya
Termasuk
luasnya akultrasi, sebagai petunjuk untuk menentukan kebudayaan keluarga dan
orientasi religius keluarga.
1)
Latar
belakang etnis keluarga atau anggota keluarga.
2)
Jaringan
kerja sosial keluarga (dari kelompok etnis yang sama).
3)
Tempat
tinggal keluarga
4)
Kegiatan-kegiatan
keagamaan, sosial, budaya, rekresi, dan pendidikan.
5)
Kebiasaan-kebiasaan
diet dan berbusana (tradisional atau barat).
6)
Keberadaan
peran-peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern.
7)
Dekorasi
(tanda-tanda pengaruh budaya).
8)
Bahasa
(bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah.
9)
Porsi
komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga.
10) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan
keluarga dan praktisi. Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, atau
memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan.
11) Negara asal dan beberapa lama keluarga
tersebut telah tinggal.
e.
Identifikasi
religius
Meliputi
apakah keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragama, seberapa aktif
keluarga tersebut terlibat dalam sebuah keorganisasian dalam keagamaan,
keluarga terlibat dalam praktik keagamaan apa, dan kepercayaan-kepercayaan dan
nilai-nilai keagamaan apa yang menjadi pusat dalam kehidupan keluarga.
f.
Status
kelas sosial
Berdasarkan
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status ekonomi, dan mobilitas kelas sosial.
g.
Aktifitas
rekreasi atau waktu luang
Yang
dikaji yaitu yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rekreasi dan luang yang
meliputi:
1)
Mengidentifikasi
aktifitas-aktifitas keluarga, jenis dan berapa kali aktifitas-aktifitas ini
berlangsung.
2)
Waktu
luang dari subsistem keluarga.
3)
Menggali
perasaan dari anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi atau waktu luang.
h.
Tahap
dan Riwayat Perkembangan
Menurut
Friedman M. M (1998). Dalam tahap dan perkembangan keluarga meliputi tahapan
perkembangan keluarga saat ini, dimana untuk tahap perkembangan keluarga saat
ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga. Sejauh mana keluarga memenuhi
tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan keluarga saat
ini, serta riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk kejadian yang
berhubungan dengan masalah kesehatan.
i.
Data
lingkungan
1)
Karakteristik
rumah
Diidentifikasi
dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2)
Karakteristik
tetangga
Menjelaskan
mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
3)
Mobilitas
geografis keluarga
Mobilitas
goegrafis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4)
Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakatMenjelaskan mengenai waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang masih ada.
5)
Sistem
pendukung keluarga
Menurut
Friedman M. M (1998). Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah keluarga
yang sehat, fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga
dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
j.
Struktur
keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Pada
struktur keluarga meliputi pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga yaitu
menjelaskan cara berkomunikasi antar keluarga termasuk pesan yang disampaikan,
bahasa yang digunakan, secara langsung atau tidak. Struktur peran yaitu sejauh
mana anggota keluarga melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan perannya yaitu
peran dari masing-masing anggota keluarga, baik formal atau informal, serta
struktur kekuasaan yang meliputi bagaimana cara keluarga dalam mengambil
keputusan. Selain itu nilai-nilai yang dianut keluarga seperti bagaimana nilai
keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
k.
Fungsi
Keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Fungsi -
fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari
struktur keluarga. Fungsi keluarga merupakan dasar keluarga untuk memenuhi
kebutuhan - kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat luas.
Fungsi afektif menekankan bagaimana orang
tua dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya, fungsi sosialisasi bagaimana
anak-anak menjadi anggota masyarakat, fungsi reproduktif bagaimana keluarga
dalam merencanakan kelahiran, fungsi ekonomi bagaimana keluarga mengadakan
sumber ekonomi dan bagaiamana keluarga menggunakan sumber tersebut secara
efektif, fungsi perawatan kesehatan keluarga bagaimana keluarga dalam
menggunakan pengetahuan dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan status
kesehatan.
l.
Koping
Keluarga
Menurut Friedman M. M (1998). Pola dan
sumber koping keluarga memberikan dasar untuk membantu keluarga dalam
beradaptasi dan membantu keluarga dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi. Membantu keluarga dengan meningkatkan respon dan kapasitas
adaptif keluarga dengan mengurangi stressor adalah tujuan inti dari pengkajian
pola ini. Perawat keluarga masih menghadapi isu yang sama yaitu membantu
keluarga untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan dalam konteks tujuan, aspirasi,
dan kemampuan keluarga.
2.
Tahap Perumusan Diagnosa Keperawatan
Dalam menentukan diagnosa keperawatan harus sesuai dengan
tahap perkembangan keluarga chldbearing
dengan masalah gizi buruk.
Daftar diagnosis keperawatan pada tahap kelahiran anak
pertama masalah dengan masalah gizi buruk yang mungkin muncul berdasarkan NANDA
tahun 2012-2014, yaitu sebagai berikut:
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keluarga tidak mampu
mengambil keputusan ditandai dengan ketidakadekuatan pemberian nutrisi.
Batasan
karakteristik: berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal, diare.
b.
Ketidakcukupan
air susu ibu berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengenal masalah ditandai
dengan volume ASI yang dikeluarkan kurang dari kebutuhan.
Batasan
karakteristik: produksi susu tidak progres
c.
Diskontinuitas
pemberian ASI berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengenal masalah ditandai
dengan penyakit bayi
Batasan
karakteristik: bayi tidak mendapatkan nutrisi dari payudara ibu, perpisahan ibu
dan anak.
d.
Risiko pertumbuhan tidak proporsional berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat ditandai kurangnya nutrisi
Batasan
karakteristik: faktor individu: Perilaku pemberian makanan.
e.
Keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan keluarga tidak mampu mengenal masalah ditandai dengan
pengasuhan yang tidak adekuat.
Batasan
karakteristik: lesu / tidak adekuat, ketidakmampuan melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai dengan usianya.
Setelah ditentukan diagnosa keperawatan untuk menentukan
prioritas masalah yang paling utama maka harus dilakukan proses skoring.
Tabel2.1Menurut
Baylon dan Maglaya (1978) dalam buku Wahit Iqbal Mubarak (2006), prioritas
masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut:
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1.
|
Sifat
masalah
|
|
1
|
|
-
Tidak/kurang
sehat
-
Ancaman
kesehatan
-
Krisis
atau keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
|
|
2
|
|
-
Dengan
mudah
-
Hanya
sebagian
-
Tidak
dapat
|
2
1
0
|
|
3.
|
Potensial
masalah dapat diubah
|
|
1
|
|
-
Tinggi
-
Cukup
-
Rendah
|
3
2
1
|
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
|
|
1
|
|
-
Masalah berat, harus segera ditangani
-
Ada
masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
-
Masalah
tidak dirasakan
|
2
1
0
|
|
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawtan
dengan cara berikut ini:
a)
Tentukan
skor untuk kriteria yang telah dibuat.
b)
Selanjutnya
dibagi dengan angka dengan angka tertinggi yang di kalikan dengan bobot.
Skor
X Bobot
Angka
tertinggi
c)
Jumlahkan
skor untuk setiap kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot.
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
masalah:
a)
Sifat
masalah
Sifat
masalah kesehatan dapat dikelompokan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera
dan biasanya masalah disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera
diberikan bobot yang paling sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan
biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi dengan baik.
b)
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Adalah
kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan yaitu;
pengetahuan dan tindakan yang dapat dilakukan keluarga, sumber daya yang
dimiliki keluarga, sumber daya dari keperawatan misalnya dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan serta waktu. Juga sumber daya masyarakat misalnya
dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat serta dukungan
sosialisasi masyarakat.
c)
Potensi
masalah bila dicegah
Menyangkut
sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat dikurangi atau dicegah.
Faktor-faktor yang mempengruhi dalam menentukan skor yaitu; kepemilikan masalah
seperti beratnya masalah atau prognosis masalah untuk dapat diubah, lamanya
masalah berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut, serta adanya
kelompok resiko tinggi yang dapat menambah potensi masalah dapat dicegah.
d)
Menonjolnya
masalah
Menurut
Friedman M. M (2006). Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal
ini, jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera,
maka harus diberi skor yang tinggi.
3.
Tahap Punyusunan Rencana Keperawatan (
Intervensi )
Menurut Friedman M. M (1998). Selama pelaksanaan intervensi
perawatan, data-data baru secara terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi
ini (respon pada klien, perubahan situasi dan lain-lain) dikumpulkan, perawat
perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi dengan
keluarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana terhadap
perncanaan.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya:
a)
Rencana keperawatan harus didasarkan
dari analisis yang menyeluruh.
b)
Rencana yang baik harus realistis,
artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c)
Rencana keperawatan harus sesuai
dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan
pada daerah tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma – cuma maka
perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam rencana.
d)
Rencana keperawatan harus dibuat
dengan keluarga, hal ini sesuai prinsip bahwa perawat bekerjasama dengan
keluarga.
e)
Rencana keperawatan sebaiknya dibuat
secara tertulis.
Langkah –
langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga.
a)
Menentukan sasaran atau goal
b)
Menentukan tujuan atau objektif
c)
Menentukan pendekatan dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
Tabel 2.2Beberapa hal menentukan
pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan menurut Wahit Iqbal Mubarak
(2006) :
Hal yang difokuskan
|
Cara
|
Tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran
dan penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan keluarga.
|
1.
Memperluas informasi dan
pengetahuan keluarga.
2.
Membantu keluarga untuk mengetahui
dampak dari masalah yang ada.
3.
Menghubungkan kebutuhan dengan
sasaran yang diharapkan.
4.
Menunjang sikap atau emosi yang
sehat dalam menghadapi masalah.
|
Tindakan perawat untuk menolong keluarga agar dapat
menentukan keputusan yang tepat.
|
1.
Mendiskusikan konsekuensi yang
timbul jika tidak segera dilakukan tindakan.
2.
Memperkenalkan kepada keluarga
solusi alternatif kemungkinan yang dapat diambil
3.
Mendiskusikan dengan keluarga
manfaat dari masing – masing alternative.
|
Tindakan perawat untuk meningkatkan kepercayaan diri
keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
|
1.
Mendemonstrasikan tindakan yang
diperlukan.
2.
Memanfaatkan sarana dan fasilitas
yang ada di keluarga.
3.
Menghindarkan hal – hal yang dapat
mengganggu keberhasilan keluarga dalam menunjuk klien atau mencari
pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.
|
Tindakan perawat dalam upaya meningkatkan kemampuan keluarga
dalam menciptakan lingkungan yang menunjang kesehahatan keluarga.
|
1.
Membantu mencari cara menghindari
adanya ancaman kesehatan.
2.
Membantu keluarga memperbaiki
fasilitan fisik yang sudah ada.
3.
Menghindarkan ancaman psikologis
dalam keluarga dengan memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas
masing – masing anggota ,dan lain – lain.
4.
Mengembangkan kesanggupan keluarga
menemukan kebutuhan psikososial.
|
d)
Menentukan kriteria dan standar
kriteria
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006),
kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tugas. Sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan yang
diinginkan untuk membandingkan.
Berikut ini perencanaan
asuhan keperawatan keluarga pada tahap kelahiran anak pertama menurut NANDA,
tahun 2011, adalah sebagai berikut:
a.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
1)
Intervensi NIC
a)
Bantuan Pemberian ASI: Mempersiapkan
ibu baru untuk menyusui bayinya
b)
Manajemen Nutrisi: Membantu atau
menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
c)
Terapi Nutrisi: Pemberian makanan
dan cairan untuk mendukung proses metabolik anak.
2)
Hasil NOC / Tujuan
a)
Status gizi: Tingkat ketersediaaan
zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b)
Pembentukan Pola Menyusu: Bayi: Bayi
melekat ke dan mengisap dari payudara
ibu untuk memperoleh nutrisi selama 6 bulan..
b.
Ketidakcukupan
air susu ibu
1)
Intervensi
NIC
Konseling
Laktasi: Menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan
keberhasilan menyusui
2)
Hasil
NOC / Tujuan
a)
Kemantapan
Pemberian ASI: Ibu: Kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan
menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 6 bulan.
c.
Diskontinuitas
pemberian ASI
1)
Intervensi
NIC
a)
Promosi
perlekatan: memfasilitasi perkembangan hunbungan orang tua dengan bayi.
b)
Dukungan
emosi: membuat rasa yakin, menunjukan penerimaan dan memberi dorongan selama
waktu proses.
c)
Supresi
laktasi: memfasilitasi penghentian produksi ASI dan meminimalkan kongesti
payudara setelah melahirkan.
1)
Hasil
NOC / Tujuan
a)
Memeliharaan
perkembangan ASI: keberlangsungan pemberian ASI untuk menyediakan nutrisi bagi
bayi.
b)
Penyapihan
pemberian ASI: dikontinuitas progresif pemberian ASI.
c)
Pengetahuan
pemberian ASI: tingkat pemahaman yang ditunjukan tentang laktasi dan pemberian
makan bayi melalui proses pemberian ASI.
d)
Perlekatan
orang tua dengan bayi: perilaku orang tua dan bayi yang memperlihatkan
ketahanan ikatan kasih sayang.
d.
Resiko
pertumbuhan tidak proporsional
1)
Intervensi
NIC
a)
Manajemen
nutrisi : membantu atau memberikan asupan diet makanan dan minuman yang
seimbang
b)
Pemantauan
nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan malnutrisi
c)
Penyuluhan
nutrisi : anjuran tentang nutrisi dan praktik pemberian makan selama tahun
kedua dan ketiga kehidupan
2)
Hasil
NOC
a)
Perkembangan
anak : usia childbearing (0-30 bulan) : penanda perkembangan fisik, kognitif
dan psikososial dari usia 0 sampai 30 bulan.
e.
Keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan
1)
Intervensi
NIC
a)
Asuhan
perkembangan : mengatur struktur lingkungan dan memberikan perawatan dalam
berespon terhadap penanda perilaku dan status bayi kurang bulan
b)
Peningkatan
perkembangan : anak : memfasilitasi atau mengajarkan pengasuh / orang tua untuk
memfasilitasi perkembangan motorik kasar dan motorik halus
c)
Pemantauan
nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah malnutrisi
2)
Hasil
NOC
a)
Perkembangananak
: usia childbearing (0-30 bulan) penanda perkembangan fisik, kognitif, dan
psikososial pada usia 30 bulan.
b)
Penuaan
fisik: perubahan normal fisik yang biasanya terjadi siring penuaan usia
4.
Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga (
Implementasi )
Menurut Friedman M. M (1998). Implementasi dapat dilakukan
oleh banyak orang seperti klien (individu atau keluarga), perawat dan anggota
tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan
kerja sosial keluarga.
Pelaksanaan
merupakan bagian dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengandalkan perbaikan ke
arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, serta ketidakmampuan
yang dihadapi keluarga harus menjadikan perhatian. Oleh karena itu, diharapkan
perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi - potensi
yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam
menyelesaikan masalah.
5.
Tahap Evaluasi
Menurut Friedman M. M (1998). Komponen kelima dari proses keperawatan
ini adalah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifitasnya tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbarui
rencana asuhan keperawatan.
Sesuai dengan
rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang
sesuai.
Evaluasi
disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
-
S adalah hal-hal
yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
-
O adalah hal-hal
yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
-
A adalah
analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait
dengan diagnosis.
-
P adalah
perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan
evaluasi .
Tahapanevaluasidapat
dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi akhir.